Kamis, 23 Februari 2012

Pola Pengasuhan Orangtua Terhadap Prilaku Anak



Beberapa petunjuk bagi ayah dan bunda untuk mengembangkan karakter anak, yaitu:
(1)  memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak dan memahami bahwa setiap  
       anak unik;
(2)  memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian  
       makanan bernutrisi, rasa aman, dan nyaman;
(3)  memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah anak dan  
       mencoba menyelaraskan pola tersebut dengan pola pengasuhan orang tua;
(4) memberikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang 
      terpuji;
(5) memberikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya. Jika 
      lingkungan sosial kurang baik, sebaiknya ayah-bunda memindahkan anak dari 
      lingkungan  tersebut; dan
(6) bersikap tegas dan konsisten.

Sebaliknya, ada beberapa hal yang perlu dihindari ayah-bunda dalam mengembangkan karakter anak, yaitu:
(1)  memaksakan ambisi-ambisi pada anak, apalagi jika bertentangan dengan karakter 
       dasar anak;
(2)  berkata atau berbuat kasar pada anak, karena berpotensi menimbulkan ketaatan  
       sesaat dan kepribadian pemberontak;
(3)  tidak membanding-bandingkan anak;
(4)  tidak terlalu sering berganti-ganti pola asuh karena cenderung mempengaruhi kepribadian anak; dan
(5) tidak melemahkan pola asuh dengan penganiayaan pada anak, baik secara verbal 
       maupun fisik. 

       Biasanya jika penganiayaan ini dilakukan orang tua, pada anak akan timbul sikap 
       curiga berlebihan (skeptis), menarik diri, dan enggan menjalin komunikasi dengan 
       orangtua.

Secara rinci, setidaknya terdapat 10 cara yang dapat dilakukan ayahdan bunda untuk melakukan pengasuhan yang tepat dalam rangka mengembangkan karakter yang baik pada anak, yaitu sebagai berikut (Ryan, dalam www.charactered.net).

1. Menyiapkan diri sebagai contoh yang baik. 
Setiap anak memerlukan contoh yang baik dari lingkungannya. Ayah-bunda merupakan lingkungan terdekat yang paling banyak ditiru oleh anak, baik atau buruk. Hal ini tidak dapat dihindari, karena mereka sedang pada masa imitasi dan identifikasi. Ayah...bunda, jadilah contoh yang baik bagi anak-anak. Karena attitude dan prilaku anak diluar..bersumber dari rumah.

2. Menempatkan tugas dan kewajiban ayahdan bunda sebagai agenda utama. 
Pada jaman modern yang penuh persaingan hal ini cukup sulit dilakukan. Namun ayah-bunda yang baik akan secara sadar merencanakan dan memberikan waktu yang cukup untuk tugas keayahbundaan (parenting). Mereka akan meletakkan agenda pembentukan karakter anak sebagai prioritas utama. 

 3. Mengevaluasi cara ayah-bunda menghabiskan waktu dalam sehari/seminggu.
Ayah-bunda perlu memikirkan jumlah waktu yang ia lalui bersama anak-anak. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa jumlah waktu seorang ayah bersama anak sehari-harinya ternyata tidak lebih dari 19 menit (Risman, 2008). Ayah-ibu perlu merencanakan cara yang sesuai dalam melibatkan diri bersama anak-anak, melalui berbagai kegiatan sehari-hari seperti belajar bersama, makan bersama, mendongeng sebelum tidur, dan sebagainya.


4. Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang sedang mereka serap/alami.
Anak-anak ibarat spons kering yang cepat menyerap air. Kebanyakan yang mereka serap adalah yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan karakter. Berbagai media seperti buku, lagu, film, TV, play station secara terus-menerus memberikan pesan pada anak dengan cara yang mengesankan, baik pesan yang bermoral maupun tidak bermoral. Oleh karena itu, ayah-bunda harus menjadi pengamat yang baik untuk menyeleksi berbagai pesan-pesan dari berbagai media yang digunakan anak.

5. Menggunakan bahasa karakter.
Anak-anak akan sulit mengembangkan karakternya kecuali jika orang tua menggunakan bahasa yang jelas dan lugas tentang tingkah laku baik dan buruk. Ayah-bunda perlu selalu menjelaskan pada anak tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh berikut alasannya.

6. Memberikan hukuman dengan kasih sayang.
Hukuman tidak identik dengan kekejaman. Banyak ayah-bunda yang kurang tepat dalam mempersepsikan hukuman ini, sedemikian menghindari sehingga cenderung memanjakan anak. Akibatnya anak menjadi pribadi yang sulit diatur. Anak-anak memerlukan batasan atau rambu-rambu yang jelas, dan kadang mereka melanggar batasan tersebut. Di sinilah arti penting dari hukuman. Hukuman yang mendidik merupakan salah satu cara manusia untuk belajar. Anak-anak perlu memahami bahwa jika ayah-bunda memberikan hukuman adalah karena ayah-bunda sayang pada mereka. Tentu saja dalam hal ini ayah-bunda juga perlu memahami dengan baik tentang syarat dan cara memberikan hukuman yang mendidik pada anak.

7. Belajar untuk mendengarkan anak.
Berkomunikasi yang efektif dengan anak bukanlah hal yang mudah. Salah satu hal yang kadang dilupakan ayah-bunda adalah meluangkan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah atau cerita anak. Dengan kesibukan ayah-bunda yang padat setiap harinya (apalagi jika keduanya bekerja), maka waktu senja dan malam hari saat bertemu anak-anak terkesan sebagai waktu sisa. Padahal, pada saat itu biasanya banyak sekali yang ingin disampaikan anak pada ayah-bundanya. Oleh karena itu, ayah-bunda perlu selalu mengalokasikan waktu untuk mendengarkan anak-anak. Selain itu, ayah-bunda perlu menegaskan agar anak-anak tahu bahwa apapun yang mereka ceritakan itu sangat penting dan menarik. Tentu hal ini harus selaras dengan sikap ayah-bunda sewaktu mendengarkan anak, misalnya dengan duduk sejajar mata anak, sambil memangku, atau mengobrol santai selepas makan malam; bukan mendengarkan sambil membaca koran atau menonton televisi, sms bahkan BBM an.. 

8. Terlibat dengan kehidupan sekolah anak.
Sekolah merupakan bagian penting dalam kehidupan anak-anak. Bukan hanya mendapatkan kesenangan, selama di sekolah kadang anak juga menemukan berbagai permasalahan, kekecewaan, perselisihan pendapat, atau kekalahan. Ayah-bunda   perlu membantu menyiapkan anak untuk menghadapi semua hal tersebut. Jika anak berhasil melalui berbagai masalahnya di sekolah, karakter anak juga akan makin kokoh dan anak makin percaya diri menatap masa depan.

9. Selalu mengadakan makan bersama.
Meskipun sibuk, ayah-bunda perlu meluangkan waktu untuk makan bersama dengan seluruh keluarga, setidaknya sekali dalam sehari atau kalaupun tidak bisa sekali dalam seminggu (makan pagi atau malam hari). Makan bersama merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi dan menanamkan nilai yang baik. Melalui percakapan ringan saat makan, anak tanpa sadar akan menyerap berbagai peraturan dan perilaku yang dikehendaki.

10. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja.
Ayah-bunda perlu membantu mengembangkan karakter yang baik melalui contoh tentang berbagai sikap dan kebiasaan baik seperti tentang kedisiplinan, hormat, santun, tolong-menolong, dan lain-lain. Karakter anak tidak akan berkembang baik jika hanya melalui nasehat ayah-bunda saja. Pondasi dalam pengembangan karakter adalah perilaku, yaitu bagaimana ayah-bunda berupaya mendorong anak-anak untuk terbiasa berperilaku baik melalui contoh langsung.

(dari berbagai sumber) 
Selengkapnya dapat dibaca di buku Character Building, Tiara wacana, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar